International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS), tantangan pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi dalam masa pandemi COVID-19

Bali, 17 Juli 2021. Perhelatan International Seminar on Fish and Fisheries Sciences  (ISFFS) resmi dibuka secara live daring (online). Pelaksanaan ISFFS sendiri  berlangsung selama dua hari yakni tanggal 13-14 Juli 2021. Tema yang diambil dalam penyelenggaraan ISFFS tahun ini adalah “Science And Innovative Technologies for Ensuring the Long-Term Sustainability of Fisheries Towards Society 5.0”.

Ketua pelaksana International Seminar on Fish and Fisheries Sciences  (ISFFS), Bapak Charles P.H. Simanjuntak, Ph.D.  dalam seminar tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan seminar internasional ini diharapkan mampu menyediakan Platform bagi kaum akademisi, peneliti, praktisi, serta pemerintah terkait guna mengidentifikasi dan mencari berbagai masalah, tantangan, peluang, serta solusi guna mempromosikan keberlangsungan sumber daya ikan  dan perikanan terutama di wilayah Tropis.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Endi Setiadi Kartamihardja, M.Sc. selaku Ketua Masyarakat Iktiologi  Indonesia (MII) turut menekankan bahwa keberadaan sektor perikanan saat ini telah menjadi sektor yang memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber makanan serta memberikan dampak ekonomi yang cukup besar terhadap jutaan orang di berbagai dunia.

Rektor Universitas Udayana Bali, Prof. Dr. dr. Anak Agung Raka Sudewi, Sp.S (K) dan Gubernur Bali, Dr. Ir. I Wayan Koster, M.M., turut serta menghadiri secara live daring dan memberikan kata sambutan dalam International Seminar on Fish and Fisheries Sciences  (ISFFS).

Gubernur Bali Dr. Ir. I Wayan Koster, M.M. dalam sambutannya turut menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta Seminar Internasional (ISFFS), sekaligus menyampaikan tentang posisi strategis Pulau Bali yang menempatkan sektor perikanan serta kelautan menjadi salah satu basis pembangunan ekonomi Bali. Ditekankan pula bahwa dalam pembangunan satu pulau perlu memiliki satu pola serta satu tata kelola yang  baik. Hal tersebut demi mewujudkan kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, serta kehidupan masyarakat Bali yang sejahtera dan bahagia atau yang dikenal dengan Sat Kerthi Loka Bali, sehingga dibutuhkan sebuah upaya baik berupa riset dan inovasi guna mewujudkan hal tersebut. Selanjutnya, Prof. Dr. dr. Anak Agung Raka Sudewi, Sp.S (K), Rektor Universitas Udayana, menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa bangganya dikarenakan Universtias Udayana sebagai salah satu bagian penting dalam International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS), yang mana hal ini sebagai wujud partisipasi Universitas Udayana dalam realisasikan ide pengembangan teknologi dan pengetahuan, khususnya dalam dunia perikanan.

Pembicara utama (keynote speech) dalam kegiatan ISFFS adalah Menteri Kelautan dan Perikanan, Ir. Sakti  Wahyu Trenggono, M.M., serta Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. I Wayan Arthana, M.S. Menteri KP menyatakan bahwa sektor kelautan dan perikanan  menjadi salah satu sektor dalam pembangunan  perekonomian nasional bila dikelola dengan baik dan benar. Guna mewujudkan hal tersebut Kementerian Kelautan Perikanan memperkenalkan istilah “Ekonomi Biru” yakni ekosistem laut dan pesisir yang sehat, produktif, dan dapat memberikan nilai ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.
Guna mewujudkan hal tersebut Kementerian memiliki 3 program prioritas yakni;
1. Peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk kesejahteraan nelayan;
2. Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang di dukung riset kelautan dan perikanan;
3. Pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal. Kerjasama di bidang teknologi, riset, dan ilmu pengetahuan sangat diharapkan dari kegiatan ini.

International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS) dalam pelaksanaannya dihadiri oleh akademisi dan peneliti dari 9 negara yaitu Selandia Baru, Belanda, Jepang, Korea Selatan, Malaysia,  USA, Perancis, Jerman, dan Indonesia. Pembicara tamu (invited speakers) pada hari pertama pelaksanaan seminar adalah Prof. Nicolas Hubert (Institut de Recherche pour le Développement, France). Beliau mengulas tentang DNA barcoding and Biogeografi ikan-ikan perairan tawar di paparan Sunda.  Sedangkan Prof. Dr. Dr. Habil. Sven M. Bergmann (Friedrich-Loeffler-Institute, Institute of Infectiology, Germany) memaparkan penelitian yang sangat menarik terkait pemanasan global dan penyakit ikan khususnya famili Tilapia di danau yang disebabkan oleh virus. Terkait kondisi perairan darat khususnya perairan danau, Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana juga mengulas tentang dilema dan kondisi pemanfaatan dalam pengelolaan danau di Bali khususnya Danau Batur yang merupakan danau terbesar diantara 4 danau yang ada di Pulau Bali.

Pada hari kedua, pembicara tamu yang dihadirkan adalah Dr. Allen Collins (National Museum of Natural History, Smithsonian Institution, USA) dan Prof. Dr. Teguh Peristiwady (Bitung Research Station, Research Centre for Oceanography, LIPI). Database barcode genetik yang komprehensif terkait sumber daya ikan (SDI) dan pengelolaan yang berkelanjutan merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan.  Poin penting tersebut disampaikan oleh Dr. Allen Collins. Dan keberadaan SDI serta pengelolaan yang berkelanjutan, ditambahkan dengan sangat jelas dan lengkap oleh Prof Teguh melalui kajian riset yang telah dilakukannya. Melalui riset beliau, gambaran terkini (updated) tentang kenaekaragaman hayati (biodiversity) ikan-ikan, khususnya di perairan laut Indonesia. 

Selain pembicara tamu, Seminar ini juga diikuti oleh peneliti, dosen, dan mahasiswa, serta pelaku di bidang perikanan dan kelautan untuk memaparkan hasil kajian dan penelitian yang telah dilakukan. Pemaparan dilakukan dalam bentuk oral dan poster presentasi. Sesi oral presentasi menghadirkan 106 presenter dan 42 poster presentasi. Seminar dibagi dalam 4 sesi paralel dalam beberapa kelompok bidang keilmuan, meliputi: AGO (Aquaculture, Fish Diseases, Fish Breeding and Genetic, Ornamental Fish); BTB (Biodiversity, Fish Taxonomy, Biotechnology); CER (Conservation, Marine and Fresh Water Ecotourism, Recreational Fisheries); FCG (Fish Capture and Fishing Gear); FEB (Fish Biology and Ecology, Fisheries Ecology); FMG (Fisheries Management); FSE (Fisheries Socio-economics, Fisheries Extension); OFR (Oceanography, Fisheries Oceanography, Remote Sensing).
Brief  Summary dari kegiatan ISFFS selama 2 hari dari berbagai topik diuraikan oleh scientific committee. Dalam keanekaragaman ikan (Ichthyodiversity), memahami keberagaman hayati dan distribusi perairan menjadi bagian penting dari pengelolaan  sumber daya perikanan. Identifikasi konvensional dalam hal ini menghadapi berbagai permasalahan terkait beragam jenis karakter, diantaranya: (a) pendekatan molekuler dengan menggunakan coding DNA menjadi alat yang dapat diandalkan dengan menggunakan Gen COI (Cytochrome C Oxidase I) dan pengembangan data base gen.  Hal ini tentunya dapat digunakan untuk  membantu validasi dan menguatkan identifikasi konvensional. (b) pola sitem drainase paleo menjadi bagian penting guna melindungi  ikan, tingginya keragaman nilai genetik ikan jenis tertentu untuk menjaga keberagaman ikan asli. Budidaya berkembang secara cepat sejak 1980-an, keberadaan aquaculture untuk meningkatkan produksi buddiaya ikan, meminimalisir resiko penurunan kualitas lingkungan.  Global warming dan perubahan cuaca menjadi pemicu penyebaran penyakit ikan (parasit, bakteri dan virus). Informasi serta data yang lengkap mengenai hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, kebiasaan makan dan reproduksi sangat berguna bagi pengelolaan perikanan (Biologi perikanan). Selanjutnya terkait penangkapan ikan, dibutuhkan peningkatan informasi tentang perilaku ikan, serta  pemahaman dampak dari berbagai alat tangkap. Keberlangsungan sumber daya ikan dan kelautan bergantung dan dikontrol oleh keberagaman dan stabilitas ekosistem, biota aquatik beradaptasi dengan perubahan lingkungan, ketersediaan makanan dan keberlangsungan habitat. Perairan tawar, khususnya ikan asli, dimana Ikan asing bisa menjadi ancaman (invasif) bagi ikan asli yang mana akan menjadi kompetitor ikan asli (endemik), serta habitat tempat tinggal, sehingga konservasi ikan asli (endemik) harus segera dimulai. Secara keseluruhan, penggunaan sumber daya ikan menjadi begitu penting, khususnya untuk makanan dan non makanan (obat-obatan dan kosmetik ) dengan teknologi yang sesuai dan mendukung, maka keberlangsungan jangka panjang akan tercapai pada masyarakat 5.0.

Berbagai penelitian yang dipaparkan pada ISFFS 2021 dapat dijadikan acuan dalam menyusun kebijakan pengelolaan sektor perikanan dan kelautan di Indonesia. Pembuatan kebijakan harus didasarkan pada informasi dan data akurat yang diperoleh, didukung oleh teknologi inovatif dan kecerdasan sosial untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Data biodiversitas dan biogeografi, kondisi terkini stok populasi ikan di wilayah tertentu, serta berbagai aspek yang terkait dengan peningkatan kualitas dan kuantitas perikanan nasional telah disajikan dalam ISFFS 2021. Pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan (EAFM) harus dikembangkan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya perikanan.

kegiatan International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS) ditutup dengan closing ceremony dengan beberapa pesan penting dari direktur Direktur Pascasarjana Universitas Udayana, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB dan direktur Politeknik AUP Jakarta.

link youtube kegiatan :

Hari Pertama :

Hari Kedua :