Seminar sehari Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Sustainable aquaculture management: Sharing of best practices
Pada hari Jumat, 5 Agustus 2016, bertempat di Hotel Sanur Paradise, telah didiadakan Seminar sehari yang berjudul Pengelolaan sumberdaya Kelautan, Sustainable aquaculture management: Sharing of best practices. Seminar ini merupakan kerjasama antara Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka, Jepang, Fakultas Kelautan Perikanan, Universitas Udayana (Bali) dan Kochi University (Jepang). Tujuan seminar ini adalah sebagai sarana berbagi hasil riset dan pengalaman antara pakar akuakultur dari Indonesia dan Jepang yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam mengatasi berbagai kendala dan meningkatkan produksi dalam bidang akuakultur, namun tetap memperhatikan prinsip-prinsip sustainable aquaculture atau budidaya berkelanjutan. Selain itu, seminar ini dapat menjadi ajang inisiasi kerjasama dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia dan teknologi antara stakeholders dan akademisi/praktisi dari Indonesia-Jepang atau antara sesama stakeholders di Indonesia. Seminar ini dihadiri oleh sekitar 90 peserta yang berasal dari kalangan akademisi, instansi pemerintah, balai penelitian, himpunan nelayan, praktisi perikanan dan LSM yang berasal dari di dalam dan luar provinsi Bali. Seminar ini menghadirkan dua orang narasumber yang merupakan pakar bidang akuakultur yaitu Prof. Toshiro Masumoto (Faculty of Agriculture and Marine Science, Kochi University) dan Dr. Pande Gde Sasmita (Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan Perikanan, Universitas Udayana). Topik presentasi Prof. Masumoto terbagi ke dalam 4 subtopik yaitu perkembangan nilai tambah pada produk perikanan, pemanfaatan secara efektif terhadap sisa bahan pangan dan sistem budidaya yang terintegrasi. Narasumber kedua membahas tentang penghambatan komunikasi antar sel bakteri patogen (quorum sensing) sebagai alternative penggunaan antibiotic yang sangat umum digunakan dalam budidaya udang. Pemaparan hasil riset dan pengalaman oleh kedua narasumber memberikan kesimpulan bahwa keberlanjutan akuakultur (budidaya perairan) ditentukan oleh keseimbangan antara manajemen kualitas perairan, nutrisi dan penyakit. Beberapa metode yang disampaikan antara lain yaitu pemanfaatan makroalga (seaweed) sebagai filter untuk menjaga kualitas air dan penggunaan senyawa kimia tertentu untuk menghambat aktifitas bakteri pathogen sehingga dapat meminimalisir penggunaan antibiotic. Akumulasi residu antibiotic dapat merusak beberapa organ tubuh pada manusia yang merupakan consumen akhir dari produk-produk akuakultur.
UDAYANA UNIVERSITY